Dalam lanskap pertanian modern yang didominasi oleh varietas hibrida seragam, sistem pertanian organik muncul sebagai benteng pelindung bagi kekayaan plasma nutfah dunia. Salah satu prinsip terpenting dari gerakan organik adalah komitmen untuk Menjaga Benih Lokal dan Varietas Pusaka (Heirloom Seeds). Praktik ini bukan sekadar nostalgia, melainkan strategi krusial untuk memastikan ketahanan pangan di masa depan dan Menjaga Benih Lokal dari erosi genetik yang disebabkan oleh monokultur. Pertanian organik memandang benih sebagai warisan yang harus dilestarikan, bukan komoditas sekali pakai. Menjaga Benih Lokal juga menjamin bahwa tanaman memiliki keragaman genetik yang diperlukan untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim dan ancaman hama baru.
Ancaman Erosi Genetik dan Kebutuhan Adaptasi
Erosi genetik terjadi ketika varietas tanaman tradisional yang dikembangkan selama ratusan tahun menghilang, digantikan oleh sedikit varietas hibrida hasil rekayasa genetik. Meskipun varietas hibrida menawarkan hasil yang tinggi dan seragam dalam kondisi ideal, mereka umumnya memiliki basis genetik yang sempit. Jika serangan hama atau penyakit baru muncul, atau terjadi perubahan iklim ekstrem (seperti banjir tak terduga atau kekeringan parah), seluruh populasi tanaman hibrida yang seragam tersebut rentan hancur secara simultan.
Varietas pusaka (heirloom) dan benih lokal, sebaliknya, merupakan harta karun keanekaragaman genetik. Benih-benih ini telah beradaptasi secara alami selama puluhan generasi terhadap kondisi tanah, iklim mikro, dan tekanan hama lokal spesifik di wilayah tertentu. Sebagai contoh, varietas padi lokal yang tumbuh di lahan pasang surut Kalimantan mungkin memiliki sifat toleran terhadap salinitas tinggi, sementara varietas padi gunung di Jawa Barat memiliki ketahanan terhadap suhu dingin dan lahan kering. Sifat-sifat genetik yang unik inilah yang menjadi blue print ketahanan pangan.
Mekanisme Konservasi Organik
Pertanian organik menyediakan lingkungan ideal bagi konservasi in situ (di tempat). Berbeda dengan benih hibrida yang tidak dapat ditanam ulang (karena sifat unggulnya tidak diturunkan secara stabil, sering disebut $F_1$), benih pusaka dan lokal adalah varietas open-pollinated yang dapat diperbanyak sendiri oleh petani dari musim ke musim. Regulasi organik secara eksplisit mendukung dan mendorong praktik ini.
- Pelarangan Benih Transgenik (GMO): Standar sertifikasi organik global dan nasional (SNI) secara ketat melarang penggunaan organisme hasil rekayasa genetik. Hal ini melindungi integritas genetik benih lokal dari kontaminasi silang.
- Praktek Adaptasi Alami: Petani organik yang tidak menggunakan pestisida kimia mengandalkan benih yang secara alami tahan terhadap hama lokal. Setiap musim, benih dari tanaman yang paling kuat dan paling tahan (survivor) dipilih untuk ditanam kembali, sehingga secara bertahap meningkatkan ketahanan benih lokal terhadap kondisi lingkungan yang keras.
- Keterkaitan dengan Biota Tanah: Varietas lokal seringkali memiliki hubungan simbiotik yang lebih kuat dengan komunitas mikroba tanah setempat. Benih-benih ini telah berevolusi bersama dengan jamur mikoriza dan bakteri penambat nitrogen lokal selama ratusan tahun, mengoptimalkan penyerapan nutrisi tanpa perlu pupuk kimia, sehingga semakin memperkuat ekosistem pertanian.
Sebuah inisiatif konservasi benih lokal yang didukung oleh Dinas Pertanian dan Pangan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sejak tahun 2023, berhasil menginventarisasi dan membudidayakan kembali 15 varietas padi lokal yang hampir punah. Program ini menunjukkan bahwa dengan dukungan kelembagaan dan komitmen petani organik, warisan genetik dapat dilestarikan dan disalurkan ke pasar, menawarkan keragaman rasa dan ketahanan yang tidak dimiliki oleh varietas seragam. Upaya Menjaga Benih Lokal adalah langkah nyata dalam menghadapi krisis iklim dengan mengandalkan kearifan biologis masa lalu.