Tantangan Adopsi: Mendorong Penggunaan Pertanian Presisi di Kalangan Petani

Penggunaan pertanian presisi menjanjikan efisiensi dan produktivitas tinggi, namun tantangan adopsi di kalangan petani, terutama di Indonesia, masih menjadi hambatan. Teknologi canggih ini memerlukan investasi awal, pengetahuan teknis, dan perubahan pola pikir yang tidak selalu mudah diimplementasikan. Mendorong penggunaan pertanian presisi secara luas membutuhkan strategi komprehensif yang mengatasi hambatan-hambatan tersebut, menjembatani kesenjangan antara inovasi dan praktik lapangan.

Salah satu tantangan utama dalam mendorong penggunaan pertanian presisi adalah biaya investasi awal yang relatif tinggi. Peralatan seperti sensor tanah, drone pertanian, atau mesin dengan Variable Rate Technology (VRT) membutuhkan modal yang tidak sedikit, yang mungkin sulit dijangkau oleh petani skala kecil dan menengah. Untuk mengatasi ini, pemerintah dan lembaga keuangan perlu menyediakan skema pembiayaan yang mudah diakses dan bersubsidi. Misalnya, Kementerian Pertanian pada awal tahun 2025 meluncurkan program kredit usaha tani berbunga rendah khusus untuk pembelian alat pertanian presisi, dengan plafon hingga Rp150 juta per petani atau kelompok tani.

Selain aspek finansial, kurangnya pengetahuan dan keterampilan teknis juga menjadi penghalang signifikan. Banyak petani belum familiar dengan cara mengoperasikan dan menginterpretasikan data dari perangkat pertanian presisi. Oleh karena itu, program pelatihan yang intensif dan berkelanjutan menjadi sangat penting. Pelatihan harus dirancang secara praktis, dengan demo lapangan dan studi kasus nyata, bukan hanya teori. Penyuluh pertanian memiliki peran vital sebagai jembatan antara teknologi dan petani. Sebuah survei oleh Universitas Gadjah Mada pada April 2025 menunjukkan bahwa 70% petani yang belum mengadopsi pertanian presisi menyatakan kendala utama mereka adalah kurangnya pemahaman teknis.

Terakhir, ketersediaan infrastruktur pendukung seperti akses internet yang stabil di daerah pedesaan juga memengaruhi penggunaan pertanian presisi. Tanpa konektivitas yang memadai, transfer data dari sensor atau drone akan terhambat. Oleh karena itu, investasi pada infrastruktur digital di wilayah pertanian juga perlu ditingkatkan. Dengan mengatasi tantangan finansial, edukasi, dan infrastruktur, upaya mendorong penggunaan pertanian presisi dapat dipercepat, membawa manfaat besar bagi petani dan ketahanan pangan nasional.