Revitalisasi Lahan Tidur: Mengubah Tanah Tak Produktif Menjadi Ladang Emas

Di tengah keterbatasan lahan produktif, Indonesia memiliki potensi besar yang seringkali diabaikan: lahan tidur. Revitalisasi lahan tidur adalah sebuah upaya strategis untuk mengubah tanah yang tidak produktif menjadi sumber penghasilan yang melimpah, sekaligus meningkatkan ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat. Proses ini bukanlah sekadar menanam, melainkan sebuah pendekatan holistik yang melibatkan sains, teknologi, dan partisipasi aktif dari masyarakat.

Langkah pertama dalam revitalisasi lahan tidur adalah analisis kondisi tanah. Lahan yang lama tidak digarap seringkali memiliki masalah seperti erosi, kekurangan nutrisi, atau kontaminasi. Para ahli pertanian harus mengidentifikasi masalah ini untuk menentukan solusi yang tepat. Terkadang, tanah perlu diberi nutrisi kembali dengan pupuk organik, atau perlu perbaikan struktur dengan metode tertentu. Pada hari Jumat, 20 Februari 2026, Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang mengadakan survei di beberapa desa. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar lahan tidur di daerah tersebut kekurangan unsur hara nitrogen dan fosfor. Dengan data ini, Dinas Pertanian dapat memberikan rekomendasi pupuk yang tepat kepada para petani.

Setelah kondisi tanah diperbaiki, langkah selanjutnya adalah pemilihan komoditas. Tidak semua tanaman cocok untuk setiap lahan. Pemilihan harus didasarkan pada karakteristik tanah, iklim, dan permintaan pasar. Misalnya, lahan kering yang kurang air lebih cocok untuk ditanami palawija seperti jagung atau singkong, sementara lahan yang lebih subur bisa ditanami sayuran atau buah-buahan. Revitalisasi lahan tidur tidak hanya tentang menanam tanaman pangan, tetapi juga bisa dikembangkan untuk perkebunan, seperti kelapa sawit atau kakao, yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Aspek krusial lainnya adalah partisipasi masyarakat dan dukungan pemerintah. Pemerintah harus menyediakan pelatihan, pendampingan, dan akses permodalan bagi petani. Kolaborasi dengan lembaga riset dan universitas juga penting untuk mengembangkan varietas tanaman unggul yang tahan terhadap kondisi lahan. Pada tanggal 15 Januari 2026, sebuah koperasi petani di Kabupaten Garut, Jawa Barat, berhasil memanen bawang merah di lahan yang sebelumnya terbengkalai selama lima tahun. Keberhasilan ini adalah hasil dari program revitalisasi lahan tidur yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian setempat, yang menyediakan bibit, pupuk, dan pendampingan. Kisah ini membuktikan bahwa dengan pendekatan yang tepat, lahan tidur bisa menjadi ladang emas yang memberikan manfaat besar bagi masyarakat dan negara.